ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF II
PADA PASIEN
DENGAN CRF & HIPERTENSI
Kasus
Seorang pria
berusia 56 tahun dirawat di ruang penyakit dalam RS Mulia. Satu bulan SMRS
mengeluh sesak nafas, perut membesar dan kaki membengkak, sesak nafas berkurang
jika tidur dengan 3 bantal. Klien menyatakan mengidap hipertensi sejak 10 tahun
yang lalu tanpa kontrol teratur. Klien tidak mengetahui persis kapan kakinya mulai
bengkak. Dua bulan SMRS klien juga mengeluh dengan penyakit serupa, oleh dokter
dianjurkan cuci darah, dikarenakan keterbatasan biaya, klien tidak menjalani
cuci darah. Hasil pemeriksaan fisik : conjungtiva anemis, Capillary Refill Time
(CRT) >6 detik, edema +2 pada kedua tungkai, abdomen membuncit, lingkar
abdomen : 96,4 cm. urine output 50 cc/hari. VS : TD : 170/90 mmHg, N :
100x/mnt, RR : 32x/mnt. Hasil laboraturium : Hb : 6,7 gr/dl, Ureum : 96 mg/dl,
Kreatinin : 9,5 md/dl.
Diskusikan:
1.
Buatkan concep map dari kasus tersebut!
2.
Diagnose
keperawatan apa saja yang bisa ditegakan pada pasien (sesuai prioritas)!
3.
Tentukan NOC
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditentukan!
4.
Tentukan NIC
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditentukan!
5.
Bagaimana
menjelaskan manfaat terapi hemodialisa bagi penyakitnya!
6.
Bagaimana menjelaskan perawatan berkelanjutan di rumah, jika
pasien sudah diperbolhekan pulang!
Jawaban :
- Concept map
- Diagnosa keperawatan yang bisa di
tegakkan :
a.
Ketidakefektifan pola nafas
b.
Kelebihan volume cairan
c.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
- NOC
sesuai dengan diagnosa keperawatan :
- NIC sesuai dengan diagnosa
keperawatan :
- Terapi
hemodialisa sangat bermanfaat bagi bapak karena berfungsi membuang
sisa-sisa makanan yang ada didalam tubuh bapak serta menggantikan fungsi
ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai
urine saat ginjal sehat. Terapi ini memerlukan waktu selama 3-5 jam dan
dilakukan sekitar 3x dalam seminggu.
- Hgj
Tinjauan Teori
A.
DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik
adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif yang berakir fatal pada uremia
(kelebihan urea dalam darah). (Nettina, 2002:185). Gagal Ginjal Kronik
merupakan penurunan fungsi ginjal yang menahun irreversible serta cukup lanjut
(silvia A Price, 1999:812). Sedang menurut (Brunner dan Suddarth, 2002: 448)
Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana keseimbangan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia.
Gagal Ginjal Kronik
atau CRF terjadi setelah sejumlah keadaan yang menghancurkan massa nefron
ginjal. Pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan diet makanan dan minuman normal.
B.
ETIOLOGI
Penyebab
Gagal Ginjal Kronik , menurut Ignativicius, D. 1999 adalah dilihat dari
- Morfologi
a.
Penyakit di
Glomerulus
seperti glomerulonefritis, penyakit membrane basal, syndrome Goodpasture,
glomerulosklerosis interkapiler
b.
Penyakit di
Tubuler
seperti hiperkalsemia kronik,
hipokalemi kronik, syndrome Fanconi, keracuanan logam berat
c.
Penyakit
Vaskuler Ginjal seperti penyakit Iskemik Ginjal,
stenosis arteri ginjal bilateral, nefrosklerosis, hiperparatiroid
d.
d. Penyakit Saluran Kemih seperti Obstruktif uropathy
e.
Kelainan
Kongenital
seperti Hipoplastik ginjal,
penyakit systic medular, penyakit ginjal polikistik
- Etiologi
:
a.
Infeksi seperti Pielonefritis,
tuberculosis
b.
Penyakit
Vaskuler Sistemik seperti Hipertensi intrarenal,
hipertensi ekstrarenal
c.
Penyakit
Metabolik Ginjal seperti Amyloidosis, Gout, nefropaty diabetic, syndrome
Milk-Alkali, Sarcoidosis
d.
Penyakit
Jaringan Konektif seperti Sklerosis sistemik progresif, SLE, poliartritis
C.
MANIFESTASI
Menurut (Sylvia A
Price, 1995:813). Perjalanan umum pada gagal ginjal kronis dapat di bagi mnjadi
tiga stadium :
1.
Stadium I
Penurunan cadangan
ginjal, selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal. Penderita
asimtomatik gangguaan fungsi ginjal diketahui dengan tes pemekatan urine yang
lama.
2.
Stadium II
Insufisiensi ginjal,
dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak (GFR besarnya 25% dari normal). Pada
tahap ini kadar BUN dan kreatinin mulai meningkat. Azotemia ringan kecuali jika
stress (infeksi, payah jantung), nokturia dan poliuria karena gagal pemekatan.
3.
Stadium III
Uremia dimana 90% massa
nefron telah hancur. GFR 10% dari normal, krelin kreatinin < 5-10 ml/menit.
BUN dan kreatinin meningkat sangat menyolok. Urine BD = 1,010, oliguria < 50
ml/24 jam, terjadi perubahan biokimia yang komplek dan gejalanya.
D.
TANDA DAN GEJALA
Menurut (Brunner dan
Suddarth, 2002:1448), tanda dan gejala pada pasien Gagal Ginjal Kronik ini
tergantung tingkat keparahannya. Seperti pada Kardiovaskular: hipertensi, gagal
jantung kongestif, edema pulmonary, perikarditis. Dermatologi: pruritus, kulit
kering, mudah lecet, perubahan pada rambut (mudah patah, tipis, merah).
Gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah, cegukan, nausea, berat badan
menurun, gastritis, diare, ulkus peptikum. Neuromuskuler; perubahan tingkat
kesadaran, tingkat kemampuan konsentrasi, kejang, kedutan otot.
E.
PATHOFISIOLOGI
Kerusakan nefron yang
terus berlanjut namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja secara normal
untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit. Sisa nefron yang ada
mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja
ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi beban solute dan reabsorbsi
tubular dalam ginjal turun di bawah nilai normal. Akhirnya 75% massa nefron
sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi setiap nefron
demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerolus, tubulus tidak lagi di
pertahankan (keseimbangan antara peningkatan filtrasi, reabsorsi dan
fleksibilitas proses ekskresi maupan konservasi solute dan air menjadi berkurang).
Sedikit perubahan dapat mengubah keseimbangan yang rawan karena makin rendah
GFR semakin besar perubahan kecepatan ekskresi pernefron, hilang kemampuan
memekatkan / mengencerkan kemih menyebabkan berat jenis urine 1,010 atau 285 m
Os mol sehingga menybabkan poliuria dan nokturia. (Price, 1995:814).
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Menurut (Doengoes, 2000:628) pada pasien Gagal
Ginjal Kronik di lakukan pemeriksaan, yaitu :
1. Kreatinin plasma
meningkat, karena penurunan laju filtrasi glomerulus.
2.
Natrium serum rendah / normal.
3.
Kalium dan fosfat meningkat.
4.
Hematokrit menurun pada animia Hb : biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.
5.
GDA : PH : penurunan asidosis matabolik (kurang dari 7,2).
6.
USG ginjal.
7.
Pielogram retrograde.
8.
Arteriogram ginjal.
9.
Sistouretrogram.
10.EKG.
11.Foto
rontgen.
12.SDM
waktu hidup menurun pada defisiensi eritopoetin.
G.
PENATALAKSANAAN
1. Dialysis (cuci
darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi,
agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemide (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal
H.
KOMPLIKASI
Komplikasi potensial gagal ginjal kronis yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan mencakup:
1.
Hiperkolemia
akibat penurunan sekresi asidos metabolic, katabolisme dan masukan diet
berlebihan
2.
Peridarkitis,
ekusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialysis yang tidak adekuad
3.
Hipertensi akibat retensi cairan dan
natrium serta malfungsi system renin angiotensin-aldosteron
4.
Anemia akibat penurunan
eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan
gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan darah selama
hemodialysis
5.
Penyakit tulang klasifikasi
metastasik akibat retensi fostat, kadar kalsium serum yang rendah metabolism
vit. D abnormal, dan peningkatan kadar alumunium.
No comments:
Post a Comment